
Dalam wawancara eksklusif dengan Siarin.id, Didink Mustofa, pendiri sekaligus pemilik Salvadore, berbagi kisah dan filosofi di balik brand fashion yang telah mencuri perhatian banyak kalangan. Berangkat dari kecintaannya terhadap fashion pria, Salvadore berhasil memadukan tailoring klasik dengan elemen modern.
Salvadore bukan sekadar label pakaian pria, tetapi lahir dari kecintaan Didink terhadap dunia fashion, khususnya pakaian pria yang rapi dan berkelas.
“Ketika orang itu rapi, mereka bisa dibawa kemana-mana,” ungkapnya.
Filosofi dasar ini yang menjadi fondasi bagi Salvadore untuk menawarkan solusi berpakaian bagi pasangan muda yang hendak menikah, pebisnis, hingga manajer yang ingin tampil lebih fashionable.
Namun, Didink tidak hanya ingin mengaitkan kerapihan dengan acara-acara besar seperti pernikahan atau pesta. Ia percaya bahwa gaya berpakaian yang rapi seharusnya juga menjadi bagian dari keseharian. “Salvadore itu lebih ke arah tailoring, bukan sekadar tempat jahit biasa,” jelasnya. Menurutnya, tailoring adalah bagian dari warisan fashion yang sudah ada sejak tahun 1920-an, ketika pakaian pria menjadi simbol status dan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu hal yang membedakan Salvadore dengan tailor pada umumnya adalah perpaduan antara konsep tailoring dan elemen streetwear. “Saya pengen menyatukan antara clothing brand dan tailoring brand,” katanya. Di era sekarang, banyak orang yang lebih memilih pakaian ready-to-wear, tetapi Salvadore ingin tetap mempertahankan nilai-nilai heritage dari tailoring sambil mengikuti tren fashion modern. Ini adalah eksperimen unik yang membuat Salvadore menonjol di industri fashion Indonesia.
Didink menyoroti bahwa konsep easy-to-wear dalam pandangannya tidak harus terbatas pada kaos dan celana denim. “Dengan adanya Salvadore, easy-to-wear itu ga harus tshirt sama celana saja,” ungkapnya. Menurutnya, outerwear dan elemen tailoring lainnya juga bisa menjadi bagian dari pakaian sehari-hari yang nyaman, tetapi tetap stylish. Didink yakin bahwa seiring berjalannya waktu, fashion akan terus berkembang, dan konsep tailoring akan kembali menjadi tren, terutama di kalangan brand fashion internasional yang sudah mulai mengadopsi elemen-elemen tailoring dalam koleksi mereka.
Ketika ditanya tentang gaya yang menjadi ciri khas Salvadore, Didink menjelaskan bahwa Salvadore berfokus pada kerapihan yang mencakup berbagai kategori, dari formal hingga casual-formal. “Orang-orang di sini biasanya berpikir pakaian rapi hanya untuk acara-acara besar,” katanya. Namun, Salvadore ingin mengubah pandangan tersebut dengan menunjukkan bahwa berpakaian rapi juga cocok untuk sehari-hari. “Daily wear juga oke,” tegasnya. Menurutnya, gaya formal atau semi-formal tidak harus dibatasi pada acara khusus, tetapi bisa menjadi bagian dari rutinitas harian.
Seiring waktu, Salvadore telah menemukan target pasarnya yang bervariasi. Awalnya, Salvadore ditujukan untuk semua kalangan yang ingin berpakaian rapi setiap hari. Namun, seiring perkembangan, mayoritas klien mereka datang dari pasangan muda yang hendak menikah. “Marketnya hampir 70-80% untuk wedding,” ungkap Didink. Selain itu, Salvadore juga menarik perhatian dari kalangan profesional, seperti pegawai pemerintahan, artis, band, dan industri perfilman. Salvadore telah menjadi pilihan utama untuk mereka yang ingin tampil lebih keren dan berkelas dalam berbagai acara penting.
Meskipun Salvadore telah mapan di berbagai segmen, Didink masih berambisi untuk terus berinovasi. “Saya pengen bikin fashion show, instalasi karya yang lebih banyak lagi,” katanya. Menurutnya, fashion bukan hanya tentang mengikuti tren, tetapi juga tentang menampilkan karya yang dapat menginspirasi. Melalui fashion show dan instalasi, ia ingin menunjukkan ide-ide baru yang menggabungkan warisan tailoring dengan kreativitas modern. Inspirasi untuk koleksi baru sering kali datang dari eksperimen pola dan detail, di mana setiap potongan harus melalui proses yang teliti untuk menciptakan pakaian yang berkualitas tinggi.
Sebelum memulai Salvadore, Didink memiliki latar belakang di dunia streetwear. Ia pernah memiliki brand streetwear sendiri, namun merasa bahwa Salvadore adalah refleksi dari passion terdalamnya dalam dunia fashion. “Salvadore ini lebih kayak eksperimen dari segi pola, dari detail produk,” katanya. Meskipun produk jas secara umum mungkin terlihat mirip, Salvadore berfokus pada detail seperti material dan pola yang membuat setiap produk mereka unik. “Pola itu yang bikin beda,” tambahnya.
Dalam dunia fashion, tren datang dan pergi, tetapi Salvadore mengambil pendekatan yang berbeda. Alih-alih hanya menjual pakaian yang sesuai dengan tren saat ini, Salvadore memberikan opsi yang lebih fleksibel kepada kliennya. “Ada yang suka slim fit, ada yang suka baggy, ya kita bikin sesuai apa yang mereka suka,” jelas Didink. Dengan demikian, Salvadore berhasil menciptakan produk yang tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga memenuhi kebutuhan dan preferensi individual dari setiap pelanggan.
Ketika ditanya tentang harapannya untuk masa depan, Didink menjawab dengan penuh optimisme. “Saya pengen lebih ada di semua band, media, atau perfilman,” katanya. Ia melihat kolaborasi dengan industri kreatif seperti musik dan film sebagai cara yang efektif untuk memperkenalkan brandnya ke audiens yang lebih luas. Selain itu, ia berharap dapat mengadakan fashion show setidaknya setahun sekali untuk memperlihatkan inovasi dan perkembangan Salvadore di dunia fashion.
Menurut Didink, media seperti Siarin.id memainkan peran penting dalam edukasi dan pengembangan taste masyarakat, khususnya anak muda yang sedang memasuki dunia kuliah. “Sepertinya butuh untuk orang awam yang mungkin baru masuk kuliah,” katanya. Ia percaya bahwa taste seseorang terhadap fashion dan budaya pop berubah seiring waktu, dan media dapat membantu mengedukasi generasi muda tentang apa yang sedang tren, baik itu band, fashion, atau industri kreatif lainnya.
Didink juga menyoroti bahwa majalah sebagai media edukasi fashion sudah mulai menghilang, sehingga platform seperti Siarin.id sangat dibutuhkan. “Majalah itu sudah kemana,” ungkapnya, merujuk pada menurunnya popularitas media cetak di era digital ini. Ia berharap Siarin.id terus berkembang dan menjadi tempat di mana orang dapat belajar tentang fashion dan tren terbaru, serta mendapatkan inspirasi dari berbagai komunitas kreatif.
Dalam hal kolaborasi, Salvadore tidak hanya fokus pada brand besar, tetapi juga komunitas lokal yang memiliki visi dan konsistensi. Didink menjelaskan bahwa ia tertarik untuk berkolaborasi dengan berbagai komunitas, seperti komunitas sepeda, komunitas perhiasan, dan komunitas vespa. “Bengkel sepeda juga bisa loh dress up,” katanya, menekankan bahwa fashion tidak terbatas pada brand besar saja. Dengan kolaborasi ini, ia ingin menunjukkan bahwa siapa pun, di bidang apa pun, bisa tampil keren dan fashionable.
Secara keseluruhan, Salvadore mengusung konsep high fashion yang berbeda dari fast fashion. “Kenapa sistem saya preorder, walaupun ada sebagian yang ready-to-wear juga,” kata Didink, menjelaskan bahwa mayoritas produk Salvadore dibuat secara custom berdasarkan ukuran tubuh masing-masing pelanggan. Dengan pendekatan ini, Salvadore memastikan bahwa setiap pakaian yang dibuatnya tidak hanya terlihat bagus, tetapi juga nyaman dan sesuai dengan karakteristik pemakainya.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan perbincangan langsung dengan Salvadore dan pelaku kreatif lainnya, termasuk musisi, penari, creativepreneur, dan masih banyak lagi.
Saksikan Siarin dan dukung kreator favoritmu di sini!