
Sepanjang gue ke café, entah untuk nugas, nongkrong, atau WFH, gue udah coba banyak banget variasi kopi (masih kalah sih ama para connoisseur kopi). Bukan Cuma kopinya, tempatnya juga variatif, entah itu dari diajak temen buat ketempat baru, atau iseng nyoba yang di promote orang di socmed, gue mulai rasa, semua kopi itu sama(?). Ini lidah gue yang mulai kebas karena kopi melulu, atau emang udah kebentuk standarisasi buat lidah customer di Indonesia ya? Tapi dari situlah gue mulai melihat sisi lain dari alasan gue bisa ngasih rekomendasi café-café yang menurut gue recommended banget buat kesitu.
Rada konyol sih, dimana mana orang pilih restoran, karena makanannya enak, pilih tempat rekreasi karena wahana atau tempatnya bagus dan bersih. Lah ini, gue nge recommend café masa bukan karena kopinya? Nah iya, gue merekomendasi tempat itu karena dua hal; interiornya, dan… Musiknya! Musik yang gue maksud, bukan sekedar musik yang suka dipasang di café itu, tapi lebih ke genre apa yang dipasang di café tersebut. Pastinya, genre ini mencakup playlist yang café itu punya, bukan sebatas; “Ini barista selera musiknya gini ya, atau ini ownernya suka genre ini.” Tapi lebih ke, “café ini punya tema ini, so, mereka pengen bentuk suasana tema kopinya kayak gini.”
Ini artinya café ini punya tema yang konsisten buat narik customernya dengan mereka ngebentuk suasana sesuai sama tema yang mereka buat, dari interior yang mereka buat sedemikian rupa, furniture yang mereka pilih (sampe kadang ada yang custom-made), sampai atmosphere yang mereka bangun dari playlist khusus yang mereka buat. Nah! Ini baru café yang recommended banget. Kenapa? Mereka ngga hanya peduli sama identitas brand yang mereka buat, tapi peduli juga sama preferensi dan kenyamanan customer mereka untuk bikin café mereka jadi worth it buat dikunjungin.
Kenyamanan itu jadi poin penting buat gue. Sering kali gue nemuin café yang sebenernya kopinya biasa aja, tapi karena suasananya nyaman dan musiknya pas, gue jadi betah berlama-lama. Misalnya, ada café yang interiornya didominasi warna-warna pastel, dengan sofa empuk dan pencahayaan yang lembut, ditambah alunan musik jazz yang menenangkan. Beneran bikin betah! Bahkan kadang bisa lupa waktu saking nyamannya.
Café dengan suasana yang cozy itu, bikin gue merasa lebih produktif. Musik yang dipilih juga berpengaruh besar. Ada café yang muter lagu-lagu akustik yang bikin suasana jadi tenang dan enak buat nugas atau kerja. Sebaliknya, ada juga café yang lebih milih genre upbeat yang bikin suasana jadi lebih semangat dan cocok buat nongkrong bareng temen-temen. Intinya, genre musik yang dipilih itu bener-bener nentuin vibe dari café itu sendiri.
Eksplorasi musik dan interior itu sendiri seru banget. Gue jadi sering penasaran dan pengen nyoba café-café baru, bukan cuma karena pengen nyobain kopinya, tapi lebih ke pengen ngerasain atmosfir yang beda dari setiap café. Ada café yang ngusung tema vintage dengan dekorasi ala tahun 70-an, lengkap dengan playlist lagu-lagu oldies yang bikin suasana jadi nostalgik. Ada juga café yang lebih modern dengan interior minimalis dan playlist lagu-lagu indie yang edgy — (Kira-kira café mana ya yang gue maksud?)
Selain itu, ada juga café yang mengusung tema tertentu, misalnya tema tropical dengan dekorasi tanaman hijau dan playlist lagu-lagu reggae yang bikin suasana jadi santai dan rileks. Tema-tema unik ini jadi daya tarik tersendiri buat gue dan pastinya buat banyak orang lain juga. Setiap kali masuk ke café dengan tema yang unik, rasanya kayak masuk ke dunia yang berbeda, bikin pengalaman nongkrong jadi lebih berkesan.
Musik yang dipilih café bukan cuma jadi pemanis suasana, atau biar sekedar cafénya ga berasa hampa aja, tapi juga jadi bagian dari identitas café itu sendiri. Café yang konsisten dengan genre musik tertentu, biasanya punya customer base yang setia (dan yang gue perhatiin, café yang gini cenderung gapernah sepi pelanggan). Mereka datang bukan cuma buat ngopi, tapi juga buat menikmati suasana yang udah jadi ciri khas café itu.
Gue juga sering nemuin café yang playlist-nya diupdate secara berkala, jadi ga gitu-gitu aja setelah berbulan-bulan gue ga datengin café itu. Ada juga sampai pasang playlist sesuai suasananya. Misalnya, pas musim hujan, playlist-nya lebih banyak lagu-lagu mellow dan chill, bikin suasana jadi makin syahdu. Atau pas lagi musim liburan, playlist-nya diisi lagu-lagu ceria yang bikin mood jadi lebih happy. Hal-hal kecil kayak gini yang bikin café menarik.
Selain buat nongkrong atau kerja, café juga sering jadi tempat buat acara-acara kreatif. Mulai dari live music, art exhibition, sampai workshop kreatif. Musik yang dipilih jadi elemen penting yang bikin acara-acara ini jadi lebih hidup dan sesuai dengan tema acara. Gue pernah dateng ke café yang ngadain open mic night, dimana pengunjung bisa bebas nyanyi atau perform. Musik yang dipilih café jadi background yang pas buat acara ini, bikin suasana jadi lebih akrab dan fun.
Bahkan, beberapa café juga ngadain acara kolaborasi dengan musisi lokal atau DJ, yang bikin suasana café jadi lebih hidup dan dinamis. Acara-acara kayak gini jadi daya tarik tersendiri yang bikin café itu beda dari yang lain. Nggak cuma sekedar tempat ngopi, tapi juga jadi ruang kreatif yang bisa dinikmati banyak orang.
Jadi, buat gue, musik dan interior café itu sama pentingnya dengan kopi yang mereka sajikan. Bahkan, bisa dibilang, musik dan suasana yang dibangun dari interior café itu jadi faktor utama gue milih café. Musik yang dipilih dengan tepat bisa bikin suasana jadi lebih hidup, nyaman, dan sesuai dengan tema yang diusung café. Ditambah dengan interior yang cozy dan menarik, pengalaman nongkrong di café jadi lebih berkesan dan menyenangkan.
Makanya, kalau ada café yang punya playlist keren dan interior yang nyaman, gue pasti nggak ragu buat recommend ke temen-temen. Karena buat gue, pengalaman nongkrong di café itu bukan cuma soal ngopi, tapi juga soal menikmati suasana dan musik yang bikin betah.
Buat tambahan dikit, buat kalian yang kurang setuju sama gue. Pernah nih, gue dateng ke café sampe closing. Nah, ini café understaffed, jadi mereka ga mungkin kan satu-satu ke meja pelanggan buat beritahu kalo cafénya mau closing? Instead, mereka pasang lagu sayonara tuh biar para pelanggannya bisa “diusir” dengan halus. Nah pas lagu itu dipasang kenceng-kenceng, kita ngerasa kebawa juga tuh sama lagunya, haha…