
Setelah penampilan mereka di episode kedua Siarin.id, BIO (Bandung Inikami Orcheska) duduk bersama kami untuk berbagi cerita perjalanan musik mereka. Sebagai salah satu band ska paling eksploratif dari Bandung, BIO terdiri dari sembilan anggota: Henrik (trombone), Riksa (vokal), Viko (tenor saxophone), Indra (gitar), Adi (bass), Ardi (keyboard), Obo (drum), Ivan (alto saxophone), dan Wendy (trompet). Berakar pada genre ska, BIO mencampurkan berbagai pengaruh musik untuk menciptakan suara yang unik.
BIO, yang awalnya dibentuk dengan nama Inikami pada tahun 2006, telah melalui banyak perubahan baik dalam formasi maupun arah musik mereka. “Dulu namanya juga bukan BIO,” Henrik memulai dengan penuh nostalgia. Band ini dibentuk pada bulan Maret 2006, dan pada awalnya, vokalisnya adalah Febri. Namun, pada tahun 2008, Riksa menggantikannya sebagai vokalis.
Perjalanan BIO tidak selalu mulus. Pada tahun 2009, beberapa anggota meninggalkan band, tetapi pada tahun 2010, mereka bangkit kembali dengan formasi yang lebih kuat, mengadopsi gaya yang lebih beragam namun tetap setia pada akar ska. “Kita bawa new wave SKA,” kata Henrik. Pengaruh dari band-band besar seperti Tokyo Ska Paradise Orchestra dan musisi punk jelas mempengaruhi perkembangan suara BIO. Dengan tambahan anggota brass baru, BIO menjadi band dengan formasi sembilan orang, dan mereka ingin dikenal dengan nama BIO saja, bukan Bandung Inikami Orcheska lagi.
Salah satu keunikan BIO adalah pendekatan mereka yang terbuka terhadap berbagai genre musik. Menurut Indra, BIO tidak pernah takut untuk bereksperimen. “Masing-masing kepala punya influence tersendiri,” katanya. Henrik lebih suka musik punk, sementara Indra termotivasi oleh musik Jepang, dan Riksa adalah penggemar sastra. Kombinasi ini menciptakan karakter musik BIO yang eksploratif, menggabungkan berbagai elemen ke dalam ska BIO. Mereka menekankan bahwa ska tidak harus statis, dan melalui album mereka, Alegori, BIO menunjukkan bahwa ska bisa lebih dinamis dan penuh warna.
Henrik menambahkan bahwa Alegori adalah contoh yang baik dari bagaimana mereka mengeksplorasi ska secara mendalam.
“Album Alegori jelas banget nunjukin eksplor kita di SKA, bahwa SKA itu nggak harus begini-begini terus,” katanya.
Dengan pengaruh dari berbagai aliran musik, BIO berhasil memperluas definisi ska hingga menciptakan suara khas yang berbeda dari band-band ska lainnya di Indonesia.
Salah satu ciri khas dari BIO adalah bahwa mereka memiliki beberapa lagu yang murni instrumental dan beberapa lainnya dengan vokal. Ketika ditanya tentang keputusan ini, BIO menjelaskan bahwa ini lebih tentang menciptakan keseimbangan dalam pertunjukan live mereka. “Biar nggak capek,” kata Riksa sambil tertawa. Dalam konser, mereka biasanya membagi antara bagian vokal dan bagian brass, sehingga ada momen-momen istirahat bagi masing-masing anggota. “Biar lebih variatif aja di album,” tambahnya. Pendekatan ini memungkinkan BIO untuk menciptakan dinamika yang lebih menarik, baik di album maupun saat mereka tampil di atas panggung.
BIO menggambarkan proses kreatif mereka sebagai sesuatu yang sangat organik. Mereka biasanya memulai dengan jamming di studio. “Misalnya Henrik punya materi apa, saya punya materi apa, Riksa punya lirik apa, kita gabung semua di studio,” jelas Indra. Mereka saling bertukar ide, bereksperimen, dan menciptakan musik yang merupakan hasil dari kolaborasi intens antara semua anggota band. Ini memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi berbagai ide tanpa batasan, dan hasil akhirnya adalah musik yang kaya dengan nuansa dan variasi.
Ketika ditanya lagu mana yang paling cocok untuk didengarkan oleh pendengar baru BIO, mereka merekomendasikan lagu-lagu seperti “Cerah,” “Mjbu,” “Puan,” dan “Bingkai.” “Kayaknya paling masuk ‘Cerah’ ya,” kata Indra. Lagu-lagu ini dianggap lebih ringan dan mudah diakses, serta mencerminkan sisi eksploratif dari band ini. Namun, bagi mereka yang mencari sesuatu yang lebih kompleks, BIO juga memiliki sejumlah lagu yang lebih berat, baik dari segi aransemen maupun tema.
BIO tidak hanya dikenal dengan lagu-lagu yang ringan dan penuh semangat. Mereka juga memiliki beberapa lagu yang lebih gelap, baik dalam segi tema maupun lirik. Salah satu contoh lagu gelap yang mereka bahas adalah “Abu-Abu.” Lagu ini mengangkat tema kekhawatiran seorang pria terhadap pasangannya, dan liriknya menggambarkan perasaan yang mendalam dan tidak nyaman. “Kalau Abu-Abu itu lumayan gelap dari segi lirik,” jelas Riksa.
Henrik menambahkan bahwa meskipun ada lagu-lagu yang gelap, BIO selalu berusaha menyampaikan pesan untuk bangkit dan tidak terjebak dalam kegelapan terlalu lama. “Kita sambungkan dengan lagu-lagu motivasi kayak Cerah atau Revolusi Diri. Jadi walau ada masalah, ayo bangkit,” kata Henrik. Ini adalah salah satu kekuatan BIO, di mana mereka mampu menyeimbangkan antara kegelapan dan semangat positif melalui musik mereka.
BIO juga menceritakan tentang salah satu lagu mereka yang unik, yaitu “Playboy TB.” Lagu ini merupakan kelanjutan dari lagu sebelumnya yang berjudul “Playboy Junkhead.” Playboy TB sendiri adalah singkatan dari Playboy Tobat, menggambarkan perjalanan seorang playboy yang akhirnya menyesal dan berusaha memperbaiki hidupnya. “Dulu nakal-nakalnya, sekarang sudah tobat,” kata Henrik sambil tertawa.
Lagu ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menunjukkan bagaimana BIO suka bermain dengan narasi dalam musik mereka. “Kita suka menyambung-nyambungin cerita dari album sebelumnya,” jelas Indra. Lagu-lagu seperti “Cerah” dan “Puan” juga memiliki hubungan naratif, di mana “Cerah” menggambarkan semangat bangkit dari keterpurukan, sementara “Puan” menceritakan tentang seseorang yang akhirnya menemukan cinta setelah masa sulit.
BIO saat ini sedang dalam proses mengerjakan album baru yang diharapkan akan dirilis pada akhir tahun. Album ini, menurut mereka, akan lebih ringan dibandingkan dengan album sebelumnya. “Sekarang relatif lebih ringan, karena mencoba mengikuti selera pasar,” kata Henrik sambil tertawa. Meski begitu, mereka tetap mempertahankan semangat kreatif dan eksperimental yang selalu menjadi ciri khas mereka.
Tema-tema dalam album baru ini akan tetap beragam, namun BIO berusaha membuat beberapa lagu yang lebih mudah diakses oleh pendengar baru. Ini adalah langkah mereka untuk menjangkau audiens yang lebih luas tanpa kehilangan identitas musik mereka yang unik.
Setelah tampil di Siarin.id, BIO sangat antusias dengan pengalaman mereka. “Seru! Groginya beda,” kata Riksa. Mereka merasa bahwa Siarin.id sebagai platform media memberikan peluang yang luar biasa bagi band indie seperti mereka untuk tampil dengan rekaman yang berkualitas. “Groginya beda karena kita lebih terarah ke kamera,” tambahnya.
Henrik juga menyoroti bagaimana media seperti Siarin.id relevan di era digital ini, di mana penggemar bisa mengakses konten kapan saja dan di mana saja. “Dengan Siarin.id, fans musik SKA dan BIO bisa langsung menikmati konten berkualitas di YouTube dan media sosial,” katanya. Riksa berharap agar platform seperti Siarin.id terus berkembang dan menjadi ruang bagi musisi-musisi indie untuk bersinar. “Mudah-mudahan aja bisa melambungkan namanya,” harapnya.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan penampilan langsung dari BIO dan penampilan kreatif lainnya, termasuk musisi, penari, creativepreneur, dan masih banyak lagi.
Saksikan Siarin dan dukung kreator favoritmu di sini!